09 Juli 2009

LRI Bubar

LRI Bubar.


Sebagai konsekuensi hasil riset Pilpres 2009 yang meleset, Lembaga Riset Informasi secara resmi dibubarkan oleh pendirinya, Johan O Silalahi.

“Seperti komitmen sebelumnya, saya ingin membangun budaya kepemimpinan yang bertanggungjawab yang selama ini kita haus dengan kepemimpinan seperti itu,” kata Johan saat konfrensi pers di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta, Rabu (8/7).

Berbeda dengan prediksi LRI yang sebelumnya menyatakan pilpres bakal berjalan dua putaran, hasil hitung cepat LRI hari ini menyatakan Pilpres hanya berjalan satu putaran saja dengan menempatkan Mega-prabowo di angka 27,01 persen, SBY-Boediono 61,09 persen, dan JK-Wiranto 11,81 persen. Hitung cepat mengambil sampel dari 2000 TPS dengan margin eror lebih kurang 1,5 persen.

“Yang jelas LRI kita tutup. Tapi saya tetap mengabdikan diri lewat Johan foundation. Berbicara nasib karyawan, saya masih punya Johan Foundation dan masih banyak diluar LRI,’” tandasnya.
Lembaga Riset Informasi (LRI) resmi membubarkan diri dengan alasan gagal dalam survei terakhir yang dilakukan sebelum pemilihan presiden hari ini. Disela pengumuman pembubaran lembaga ini, Presiden LRI Johan O Silalahi membeberkan hasil hitung cepat (quick count) pilpres.

Johan dalam jumpa pers di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Rabu 8 Juli 2009, mengungkapkan dari 2.000 TPS yang dipantau di 33 provinsi, data yang sudah masuk mencapai 1.835 atau 92 persen.

Dari data yang masuk itu, pasangan SBY-Boediono memimpin 61,09 persen, disusul Megawati-Prabowo sebanyak 27,10 persen, dan JK-Wiranto 11,81 persen.

"Berdasarkkan quick count kami, kami saat ini berani menyatakan bahwa SBY adalah presiden Indonesia untuk masa jabatan 2009-2014 dan pilpres tahun ini hanya diselenggarakan satu putaran saja," kata Johan.

Johan juga mengumumkan secara resmi LRI dengan alasan metode sampling yang digunakan tidak tepat untuk diimplementasikan pada survei beberapa waktu lalu. "Saya kira masalahnya ada di metode sampling yang ditujukan kepada responden," aku Johan.

Dia mengungkapkan margin error pada hasil survei terakhir sebelum pilpres mencapai 2 persen. "Dua persen dari 3.000 responden cukup banyak, selisih dengan lembaga lain cukup signifikan. Jadi saya menyatakan, ini jumpa pers terakhir dengan saya dalam kapsitas sebagai presiden LRI. Hari ini secara resmi saya bubarkan setelah 3 tahun berdiri," kata Johan.

Johan mengaku perlu membangun budaya membubarkan diri jika seseorang gagal, siapa pun orangnya, termasuk presiden, sebagai tanggung jawab moral langkah ini harus ditempuh. "Setidaknya kata maaf," kata dia.

Johan juga mengakui gagal total sehingga sebagai tanggung jawab moral ia harus mengundurkan diri. "Yang saya khawatirkan adalah SDM-SDM yang diberhentikan. Sejujurnya ini langkah yang berat, tapi sebuah lembaga riset membutuhkan dana operasional yang cukup besar. Nanti akan kami carikan solusi terbaiknya. Kemungkinan besar win-win solution, jadi SDM yang kami berhentikan tidak merasa dirugikan," kata dia.
Lembaga Riset Informasi (LRI) resmi ditutup setelah gagal dalam merencanakan hasil Pilpres 2009 yang memperkirakan bisa dua putaran, tetapi ternyata hanya satu putaran. Pengumuman tersebut sekaligus mengakui kemenangan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.

Presiden LRI Johan O Silalahi kepada wartawan, Rabu (8/7) malam, mengatakan, dengan kegagalan itu, dia langsung menutup secara resmi lembaga survei tersebut. "Saya konsisten akan pembicaraan beberapa hari lalu bahwa bila hasil pilpres hanya satu putaran, maka lembaga ini akan ditutup," katanya.

Lembaga survei yang dibukanya sejak tiga tahun lalu itu dengan tulus hati dibubarkan, sedangkan karyawannya tetap dipekerjakan pada usaha lain miliknya. "Saya minta maaf kepada masyarakat di Tanah Air bahwa lembaga yang dipimpinnya gagal memprediksi hasil Pilpres 2009," ujarnya.

Kendatipun lembaga yang sudah berusia tiga tahun dan selalu berhasil di bidangnya selama ini ternyata gagal, apa boleh buat. "Kita tutup saja," ujarnya.

Ia mengatakan, konsekuen seperti ini hendaknya diikuti oleh lembaga lainnya yang selalu gagal dalam perencanaannya supaya budaya malu dimasyarakatkan di Tanah Air. Jangan sudah gagal dalam program, tetapi tetap ngotot mengaku berhasil, ini adalah cara yang kurang arif dan tak perlu diwariskan kepada generasi mendatang.

Dia menjelaskan, kendati data hasil quick count sudah akurat, itu belum menjadi acuan dalam undang-undang. "Kita tetap akui data itu mendekati kebenaran di lapangan. Namun, hasil akhir tetap di Komisi Pemilihan Umum (KPU)," kata Johan.

Berdasarkan hasil survei sementara capres urutan pertama (Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto) 27,10 persen, pasangan SBY-Boediono (61,09 persen) dan pasangan Jusuf Kalla-Wiranto 11,81 persen. "Angka itu dalam posisi suara terkumpul dari daerah-daerah sudah mencapai 92 persen," tambahnya. "Selamat untuk pasangan SBY-Boediono," ujarnya lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih!