Pihak stasiun televisi Trans TV mengakui menolak salah satu iklan pasangan Megawati dan Prabowo. Hal tersebut dikatakan Marketing Public Relations Department Head Trans TV Hadiansyah Lubis, Rabu (17/6) petang.
"Yang ditolak hanya iklan yang versi terbaru versi harga, kalau iklan versi lainnya tayang seperti biasa," kata Hadiansyah Lubis. Ia mengatakan hal tersebut semata-mata dilakukan karena pihaknya keberatan dengan cara visualisasinya.
Ia mengatakan, untuk memutuskan sebuah iklan bisa ditayangkan atau tidak ada sensor internal yang dilakukan stasiun televisi. Trans TV sendiri, jelas Hadiansyah, membatasi agar iklan tidak menggunakan simbol-simbol negara, contohnya visualisasi kepala negara untuk menggambarkan hal yang dapat menimbulkan keresahan.
"Tidak etislah," ujar Hadiansyah. Selain itu, iklan tersebut dinilai tidak pantas karena memvisualisasikan capres lainnya sebagai materi untuk menyerang. Menurut Hadiansyah, kreativitas dalam beriklan pada dasarnya bebas, tetapi pihaknya ingin iklan menjadi bagian edukasi dan dilakukan dengan cara yang damai.
Alasan penolakan tayang iklan tersebut, kata Hadiansyah, sudah dijelaskan kepada tim kampanye Megawati dan Prabowo. Namun, ketika ditanya apakah hal tersebut sudah diberitahukan sebelumnya kepada tim kampanye Mega-Pro, ia mengatakan, pihaknya tidak membuat batasan secara khusus.
"Saya rasa mereka lebih paham batasannya bagaimana iklan yang pantas ditampilkan," ujarnya.
Ia menampik tuduhan bahwa ada intervensi dari pihak SBY-Boediono sehingga menolak iklan Mega-Pro. Selain itu, ia juga memastikan bahwa pihaknya tetap memberikan peluang proporsional kepada semua pasangan capres dan cawapres untuk beriklan sesuai aturan.
"Yang ditolak hanya iklan yang versi terbaru versi harga, kalau iklan versi lainnya tayang seperti biasa," kata Hadiansyah Lubis. Ia mengatakan hal tersebut semata-mata dilakukan karena pihaknya keberatan dengan cara visualisasinya.
Ia mengatakan, untuk memutuskan sebuah iklan bisa ditayangkan atau tidak ada sensor internal yang dilakukan stasiun televisi. Trans TV sendiri, jelas Hadiansyah, membatasi agar iklan tidak menggunakan simbol-simbol negara, contohnya visualisasi kepala negara untuk menggambarkan hal yang dapat menimbulkan keresahan.
"Tidak etislah," ujar Hadiansyah. Selain itu, iklan tersebut dinilai tidak pantas karena memvisualisasikan capres lainnya sebagai materi untuk menyerang. Menurut Hadiansyah, kreativitas dalam beriklan pada dasarnya bebas, tetapi pihaknya ingin iklan menjadi bagian edukasi dan dilakukan dengan cara yang damai.
Alasan penolakan tayang iklan tersebut, kata Hadiansyah, sudah dijelaskan kepada tim kampanye Megawati dan Prabowo. Namun, ketika ditanya apakah hal tersebut sudah diberitahukan sebelumnya kepada tim kampanye Mega-Pro, ia mengatakan, pihaknya tidak membuat batasan secara khusus.
"Saya rasa mereka lebih paham batasannya bagaimana iklan yang pantas ditampilkan," ujarnya.
Ia menampik tuduhan bahwa ada intervensi dari pihak SBY-Boediono sehingga menolak iklan Mega-Pro. Selain itu, ia juga memastikan bahwa pihaknya tetap memberikan peluang proporsional kepada semua pasangan capres dan cawapres untuk beriklan sesuai aturan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih!